RENUNGAN MENJELANG SORE...
Ilustrasi Dialog Tanggung Jawab Akhirat di Bawah Naungan Takdir Baik-Buruk Dari Allah
Rizaly Dahlan: takdir itu ada 2 : muallaq dan mubram, takdir itu sudah ditentukan secara garis besarnya dan dapat berubah tergantung usaha dan doa, juga sedekah
Sinar Agama: Rizali:
Antum mau lari kemana, tetap saja takdir ini tdk ada. Karena kalau ada orang yg mau tetap melakukan yg mu’allaq, terus siapa yg bertanggung jawab??? Misalnya ada orang ditakdirkan mu'allaq bhw ia akan berzina oleh Allah, artinya dia bisa merubahnya kalau dia mau dalam arti berusaha dan berdoa. Tp dia tdk mau, lalu siapa yg bertanggung jawab pada zinanya?
Kalau dia nanti ditanya malaikat:
“Mengapa kamu berzina?”
Dia akan menjawab:
“Karena sdh ditentukan Allah”
Kalau ketentuannya mubram/pasti, malaikat akan berkata:
“Ok, kalau begitu kamu ke surga, karena kamu hanya melakukan ketentuanNya”
Sampai disini, hasil tanya jawab itu, sdh bertentangan dg Islam, karena penzina adalah dosa dan akan disiksa.
Tapi kalau ketentuannya itu tdk mubram (tidak pasti), alias bisa dirubah dg usaha dan doa, mk malaikat akan bertanya:
“Kan ketentuannya tdk mubram dan kamu bisa berusahadan berdoa untuk tdk zina kan???”
Dia akan menjawab:
“Yah .. malaikat, ana lebih senang melakukan yg telah ditentukanNya. Kalau Allah marah padaku karena aku melakukan ketentuanNya ini, mk mengapa Ia tdk marah pada DiriNya yg menentukanku spt itu? Lagi pula, kalau aku tdk ditentukan berusaha dan berdoa olehNya, mk bagaimana aku bisa berusaha dan berdoa??”
Malaikat akan menjawab:
“Bener juga kamu, ok, silahkan masuk surga”
Dari hasil ilustrasi yg sangat mungkin dan merupakan konsekwensi dari keyakinan pada ketantuan takdir baik-buruk dari Allah yg diartikan ketentuan nasib spt di Masehi dan Budha ini, hasilnya akan menggambarkan masuknya semua pendosa ke surga dan, hal ini jelas bertentangan dg ajaran agama Islam. Karena itu, keyakinan ini dimana dipasang hanya oleh satu orang yg bernama Asy’ari ini, yg diikuti mayoritas muslimin sampai ke wahabinya ini, harus dipikirkan lagi dan sdh semestinya ia untuk dipertimbangkan kembali sebagai kepercayaan.
Kemudian, perkataan bhw kita ini sdh ditentukan secara garis besarnya saja, sangat bertentangan dg dalil2 yg menjadi acuan dari pemasangan keimanan pada takdir baik-buruk dari Allah ini dimana salah satu dalil ayatnya adalah ttg kitab lauhu al-mahfuuzh yg jangankan detail2 perbuatan manusia, daun kering yg jatuh juga sdh ditentukan olehNya.
Asal masalah:
Saya sdh sering menjelaskan bhw lahiriah2 Naql yg spt menjurus ke ketentuan nasib ini, sebenarnya dipaksakan oleh orang spt Asy’ari dan sebangsaanya. Hal itu disebabkan ketika pahamannya terhadap Naql tsb (Qur an-Hadits) ini salah. Dan kesalahan ini, memang sdh dihembuskan sejak2 awal, spt oleh Umar ketika ia lari perang Uhud ketika ditanya wanita2 madinah mengapa ia lari meninggalkan Nabi saw di medan tempur sendirian, iapun berkata “Karena takdir Allah”.
Begitu pula penghembusan2 ini diterus teruskan oleh bani Umayyah yg membuat kerajaan dlm Islam dan membuat berbagai peperangan dan pembunuhan demi kekuasaan dimana cucunda Nabi saw spt imam Hasan as diracunnya, imam Husain as dibantainya hingga kepalanya yg sdh dipisahkan dari badannyai tu dijadikan mainan bahkan di pesta kemenangannya yazib bin mu’awiyyah, imam Ali bin Husan bin Ali bin Abi Thaalib as jg dibunuhnya ……… dst. Penghembusan ini, tdk lain hanya untuk mengokohkan kerajaannya. Karena itu mereka mengakatakan bhw kekuasaan yg ada di tangan mereka itu adalah takdir mereka dari Allah, dan derita muslimin yg diderita karena mereka itu, juga merupakan takdir kaum muslimin itu sendiri dari Allah.
Artinya, tdk ada satu orangpun yg berhak protes dan apalagi revolusi terhadap kekuasaan mereka dg alasan apapun, karena semuanya itu sdh sesuai dg yg ditakdirkan Allah.
Kunci Pemecahan :
Saya jg sering mengatakan bhw konci masalahnya untuk memecahkan masalah ini, adalah dg melihat:
1- Tidak ada di Qur an yg mengajarkan spt itu. Justru Allah mengatakan bhw satu atom saja perbuatan baik dan buruk itu, akan dihisab. Disini, Allah tdk mengatakan “Siapa yg dibuat Allah berbuat satu atom kebaikan/keburukan, mk ia akan melihatnya -dimintai tanggung jawab”, akan tetapi Allah mengatakan (secara maksud): “Siapa yg berbuat satu atom kebaikan dan keburukan, mk ia akan melihatnya -dimintai tanggung jawab”.
Jadi, ayat ini dg tegas menolkan kepercayaan kepada ketentuan nasib mansuia itu. Dan, kepercayaan ini, tdk bisa dipoles dg berusaha dan doa, karena keduanya memerlukan kepada takdir juga. Belum lagi takdir ttg diterima atau tdknya doa tsb, dan takdir sukses tdk-nya usaha tsb.
2- Kalau kita perhatikan ttg ayat yg menerangkan ttg kitab luahu al-mahfuuzh, maka kita tahu bhw ia adalah kitab ilmu, bukan kitab ketentuan. Allah dlm QS: 6: 59, berfirman:
ﻭَﻋِﻨْﺪَﻩُ ﻣَﻔَﺎﺗِﺢُ ﺍﻟْﻐَﻴْﺐِ ﻟَﺎ ﻳَﻌْﻠَﻤُﻬَﺎ ﺇِﻟَّﺎ ﻫُﻮَ ﻭَﻳَﻌْﻠَﻢُ ﻣَﺎ ﻓِﻲﺍﻟْﺒَﺮِّ ﻭَﺍﻟْﺒَﺤْﺮِ ﻭَﻣَﺎ ﺗَﺴْﻘُﻂُ ﻣِﻦْ ﻭَﺭَﻗَﺔٍ ﺇِﻟَّﺎ ﻳَﻌْﻠَﻤُﻬَﺎ ﻭَﻟَﺎ ﺣَﺒَّﺔٍ ﻓِﻲ ﻇُﻠُﻤَﺎﺕِﺍﻟْﺄَﺭْﺽِ ﻭَﻟَﺎ ﺭَﻃْﺐٍ ﻭَﻟَﺎ ﻳَﺎﺑِﺲٍ ﺇِﻟَّﺎ ﻓِﻲ ﻛِﺘَﺎﺏٍ ﻣُﺒِﻴﻦٍ
“Dan Ia -Allah- memiliki kunci2 keghaiban yg tdk diketahuinya kecuali DiriNya sendiri. Dan Ia tahu apa2 yg ada di daratan dan lautan dan tidak jatuh dari sebuah daun kecuali Ia mengetahuinya, dan tdk satu bijipun di malamnya bumi dan tdk yg basah dan tdk yg kering, kecuali ada di dalam kitab yg jelas/agung (lauhu al -mahfuuzh).”
Nah, kalau kita tdk teliti karena sdh diwarisi keharusan beriman pada takdir Allah itu, maka potongan ayat terakhir di atas itu “….kecuali ada di kitab yg jelas/agung”, akan dimaknai dengan:
“…..KECUALI SDH DITULIS DI KITAB YG AGUNG” , atau:
“…….KECUALI SDH DITENTUKAN/DITAKDIRKAN DI KITAB YG AGUNG.”
Padahal, kalau kita mengosongkan diri dulu dari segala pahaman2 yg diwariskan turun temurun itu, mk kita akan jelas melihat permasalah di ayat tsb dan akan dg mudah bhw yg dimaksudkan dg Kitab yg Jelas atau agung itu, adalah kunci2 keghaiban atau yg mengetahui apa saja yg sudah terjadi, sedang terjadi dan akan terjadi. JADI, KITAB YG JELAS/AGUNG ITU, ADALAH KITAB YG MENGETAHUI SEMUA KEJADIAN TERMASUK PILIHAN2 DAN IKHTIAR2 MANUSIA SAMPAI KEPADA USAHA DAN DOANYA …DST SAMPAI KEPADA MASUK SURGA DAN NERAKANYA.
3- Dengan penjelasan2 di atas itu, maka kalaulah ada lagi yg menyebutkan takdir mubram dan tdk ini, dpt dipahami dg tanpa harus menentang ayat2 dan riwayat2 serta akal yg gamblang. Yaitu dg mengatakan bhw yg dimaksudkan adalah ilmu. Yakni ilmu pasti dan tdk pasti. Artinya, di tingkatakan ilmu yg berada di tingkatan qadha dan qadr, yaitu yg diemban oleh para malaikat yg berada di tingkatan ini, ilmu mereka ttg pilihan dan hasil2 konsekwensinya, sdh diketahui oleh malaikat. Misalnya sebagiannya sdh diketahui bhw si fulan yg memilih zina dg ikhtiarnya itu, mmk mustahil bertaubat karena ini dan itu, tp si fulan yg lain itu yg jg memilih zina dg ikhtiarnya sendiri itu, ia akan taubat karena ini dan itu. Itulah mengapa Allah di ayat yg lain mengatakan bhw:
“Ia -Allah- menghapus yg dikehendaki dan menetapkan” (QS: 13: 39).
Artinya, yang tadinya diketahui zina dg ikhtiarnya sendiri dan tdk akan bertaubat dg ikhtiarnya sendiri juga, mk dosa dan ketentuan masuk nerakanya akan ditulis
untuknya dan apa2 yg ditulis untuknya ini, akan ditetapkan selamanya (mubaram/pasti). Sedang yg akan bertaubat dg ikhtiarnya sendiri, mk dosanya dan ketantuan masuk nerakanya, akan digantungkan dulu (mu’allaq) dan kalau nanti sdh taubat, dosa dan ketentuan masuk nerakanya itu, akan dihapus dg
perintah dan ijinNya (menghapus yg dikehendaki).
Pemahaman spt ini, dpt diambil dari berbagai keterangan Qur an, hadits2 dan akal gamblang dan, sdh tentu pemahaman spt ini, tdk bertentangan dg ajaran agama itu sendiri. Karena sekali lagi, kalau semuanya sdh ditentukan, mk buat apa diturunkan agama dan kewajiban menaatinya?
sumber net.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar